a. Definisi appendiksitis
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yangpaling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum.Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Apendiksitis adalah peradangan dari apendiks dan merupakan penyebab abdomen akut yangpaling sering (Mansjoer,2000).
Apendiksitis adalah radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dzri sekum.Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi (Wilson & Goldman, 1989).
Apendiksitis merupakan penyakit prototip yang berlanjut melalui peradangan, obstruksi dan iskemia di dalam jangka waktu bervariasi (Sabiston, 1995).
Apendiksitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Smeltzer, 2001).
Gambar 2.1 anatomi system pencernaan
b. Anatomi Susunan saluran pencernaan
1) Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Bagian luar atau vestibula, yaitu ruang antara gusi, bibir dan pipi
b) Bibir
Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut.Disebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
c) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla.
2) Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring
3) Gigi
a) Gigi sulung
b) Gigi tetap
4) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lender:
a) Radiks lingua
b) Dorsum lingua
c) Apeks lingua
a. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
b. Esophagus
Merupakan struktur berbentuk tubular yang menghubungkan faring dengan lambung. Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tuang punggung.
c. Rongga Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh.Bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah.Rongga abdomen dilukiskan menjadi 2 bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
1) Batas-batas abdomen:
a) Atas : diafragma
b) Bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar
c) Depan dan kedua sisi : otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah
d) Belakang : tulang punggung dan otot polos dan quadratus lumborum.
2) Isi abdomen :
Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.
(a) Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang.Lambung terletak di oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma.Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pylorus
(b) Usus halus
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ilosekal, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan
(1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, mulai dari pylorus sampai yeyenum.Duodenum terletak pada daerah epigastrium dan umbilikalis.Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang disebut papilla vateri.Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus kaledokus) dan saluran pancreas (duktus pankreatitis).
Empedu dibuat dari hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus kaledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
(2) Yeyenum dan Ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang 6 meter.Sambungan yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.Lekukan-lekukan yeyenum menduduki bagian kiri atas rongga abdomen, sedangkan ileum cenderung menduduki bagian bawah kanan rongga abdomen dan rongga pelvis.Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekal.
(c) Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai canalis ani.
(d) Sekum
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum.Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.Appendiks sebagai organ pertahanan terhadap infeksi, kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen.
(e) Kolon ascendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum kebawah hati.
(f) Kolon Transversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon descendens berada dibawah abdomen
(g) Kolon Descendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah
(h) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon descendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
(i) Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
(j) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter .
c. Etiologi
Apendiksitis disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bacteria yang dicetuskan oleh beberapa factor pencetus diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang menyumbat. Ulselerasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa factor yang mempermudah terjadinya radang apendiks menurut Dr. Andri Haryanto diantaranya factor sumbatan, factor bakteri, kecenderungan familiar.
d. Patofisiologi appendiksitis
Apendiksitis terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing,. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus.(KMB 2 : 1097)
e. Tanda dan gejala
Menurut Betz, Cecily, 2000 :
1) Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
2) Anoreksia
3) Mual
4) Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
5) Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
6) Nyeri lepas.
7) Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
8) Konstipasi.
9) Diare.
10) Disuria.
11) Iritabilitas.
12) Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
f. Evaluasi Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnose apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
2) Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi.
Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1. Sebelum operasi
1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2) Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
3) Rehidrasi
4) Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
6) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
1) Apendiktomi.
2) Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
1) Observasi TTV
2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
3) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
4) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
5) Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
6) Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30 menit.
7) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
8) Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :
1) Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
2) Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis
3) Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
1) Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.
2) Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.
3) Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
4) Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
h. Manajemen Medik
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotic yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotic (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase.Abses daerah pelvis yang
menonjol ke arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.
1) Mulut
Mulut adalah permulaan saluran pencernaan yang terbagi menjadi dua bagian yaitu :
a) Bagian luar atau vestibula, yaitu ruang antara gusi, bibir dan pipi
b) Bibir
Terdiri atas dua lipatan daging yang membentuk gerbang mulut.Disebelah luar ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir (mukosa).
c) Pipi
Dilapisi dari dalam oleh mukosa yang mengandung papilla.
2) Bagian dalam atau rongga mulut yang dibatasi oleh tulang maksilaris, palatum, mandibulla dan faring
3) Gigi
a) Gigi sulung
b) Gigi tetap
4) Lidah
Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi oleh selaput lender:
a) Radiks lingua
b) Dorsum lingua
c) Apeks lingua
a. Faring
Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan esophagus, didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kumpulan kelenjar limpa yang banyak mengandung limposit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi.
b. Esophagus
Merupakan struktur berbentuk tubular yang menghubungkan faring dengan lambung. Esophagus terletak di belakang trakea dan di depan tuang punggung.
c. Rongga Abdomen
Abdomen adalah rongga terbesar dalam tubuh.Bentuknya lonjong dan meluas dari atas diafragma sampai pelvis dibawah.Rongga abdomen dilukiskan menjadi 2 bagian – abdomen yang sebenarnya, yaitu rongga sebelah atas dan lebih besar, dan pelvis yaitu rongga sebelah bawah dan lebih kecil.
1) Batas-batas abdomen:
a) Atas : diafragma
b) Bawah : pintu masuk panggul dari panggul besar
c) Depan dan kedua sisi : otot-otot abdominal, tulang-tulang illiaka dan iga-iga sebelah bawah
d) Belakang : tulang punggung dan otot polos dan quadratus lumborum.
2) Isi abdomen :
Sebagian besar dari saluran pencernaan, yaitu lambung, usus halus dan usus besar.
(a) Lambung
Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang.Lambung terletak di oblik kiri ke kanan menyilang di abdomen atas tepat di bawah diafragma.Kapasitas normal lambung 1 – 2 liter. Secara anatomis lambung terbagi atas fundus, korpus dan antrum pylorus
(b) Usus halus
Usus halus merupakan tabung kompleks berlipat-lipat yang membentang dari pylorus sampai katup ilosekal, merupakan saluran paling panjang tempat proses pencernaan dan absorpsi hasil pencernaan
(1) Duodenum
Disebut juga usus 12 jari, mulai dari pylorus sampai yeyenum.Duodenum terletak pada daerah epigastrium dan umbilikalis.Pada bagian kanan duodenum ini terdapat selaput lendir yang disebut papilla vateri.Pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu (duktus kaledokus) dan saluran pancreas (duktus pankreatitis).
Empedu dibuat dari hati untuk dikeluarkan ke duodenum melalui duktus kaledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak dengan bantuan lipase.
Pankreas juga menghasilkan amylase yang berfungsi mencerna hidrat arang menjadi disakarida dan tripsin yang berfungsi mencerna protein menjadi asam amino atau albumin dan polipeptida.
(2) Yeyenum dan Ileum
Yeyenum dan ileum mempunyai panjang 6 meter.Sambungan yeyenum dan ileum tidak mempunyai batas yang tegas.Lekukan-lekukan yeyenum menduduki bagian kiri atas rongga abdomen, sedangkan ileum cenderung menduduki bagian bawah kanan rongga abdomen dan rongga pelvis.Ujung bawah ileum berhubungan dengan seikum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekal.
(c) Usus Besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 1,5 meter yang terbentang dari sekum sampai canalis ani.
(d) Sekum
Pada sekum terdapat katup ileosekal dan appendiks yang melekat pada ujung sekum.Katup ileosekal mengontrol aliran kimus dari ileum ke sekum.Appendiks sebagai organ pertahanan terhadap infeksi, kadang appendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen.
(e) Kolon ascendens
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan membujur keatas dari ileum kebawah hati.
(f) Kolon Transversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon ascendens sampai ke kolon descendens berada dibawah abdomen
(g) Kolon Descendens
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah
(h) Kolon Sigmoid
Merupakan lanjutan dari kolon descendens terletak miring dalam rongga pelvis sebelah kiri, ujung bawahnya berhubungan dengan rektum.
(i) Rektum
Terletak dibawah kolon sigmoid yang menghubungkan intestinum mayor dengan anus.
(j) Anus
Adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan rectum dari udara luar. Dinding anus diperkuat oleh 3 sfingter .
c. Etiologi
Apendiksitis disebabkan oleh beberapa sebab terjadinya proses radang bacteria yang dicetuskan oleh beberapa factor pencetus diantaranya hyperplasia jaringan limfe, fekalit, tumor apendiks dan cacing askaris yang menyumbat. Ulselerasi mukosa merupakan tahap awal dari kebanyakan penyakit ini. Namun ada beberapa factor yang mempermudah terjadinya radang apendiks menurut Dr. Andri Haryanto diantaranya factor sumbatan, factor bakteri, kecenderungan familiar.
d. Patofisiologi appendiksitis
Apendiksitis terinflamasi dan mengalami edema sebagai akibat terlipat atau tersumbat, kemungkinan oleh fekalit (massa keras dari feses), tumor, atau benda asing,. Proses inflamasi meningkatkan tekanan intraluminal, menimbulkan nyeri abdomen atas atau menyebar hebat secara progresif, dalam beberapa jam, terlokalisasi di kuadran kanan bawah dari abdomen. Akhirnya, apendiks yang terinflamasi berisi pus.(KMB 2 : 1097)
e. Tanda dan gejala
Menurut Betz, Cecily, 2000 :
1) Sakit, kram di daerah periumbilikus menjalar ke kuadran kanan bawah
2) Anoreksia
3) Mual
4) Muntah,(tanda awal yang umum, kuramg umum pada anak yang lebih besar).
5) Demam ringan di awal penyakit dapat naik tajam pada peritonotis.
6) Nyeri lepas.
7) Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
8) Konstipasi.
9) Diare.
10) Disuria.
11) Iritabilitas.
12) Gejala berkembang cepat, kondisi dapat didiagnosis dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
f. Evaluasi Diagnostik
1) Pemeriksaan radiologi pada foto tidak dapat menolong untuk menegakkan diagnose apendisitis akut, kecuali bila terjadi peritonitis, tapi kadang kala dapat ditemukan gambaran sebagai berikut: Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara dan cairan. Kadang ada fecolit (sumbatan). pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas dalam diafragma.
2) Laboratorium
Pemeriksaan darah : lekosit ringan umumnya pada apendisitis sederhana lebih dari 13000/mm3 umumnya pada apendisitis perforasi.
Tidak adanya lekositosis tidak menyingkirkan apendisitis. Hitung jenis: terdapat pergeseran ke kiri. Pemeriksaan urin : sediment dapat normal atau terdapat lekosit dan eritrosit lebih dari normal bila apendiks yang meradang menempel pada ureter atau vesika. Pemeriksaan laboratorium Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang.Pada apendisitis akut dan perforasi akan terjadi lekositosis yang lebih tinggi lagi. Hb (hemoglobin) nampak normal. Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan apendisitis infiltrat. Urine rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada ginjal.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan apendiksitis menurur Mansjoer, 2000 :
1. Sebelum operasi
1) Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi
2) Pemasangan kateter untuk control produksi urin.
3) Rehidrasi
4) Antibiotic dengan spectrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara intravena.
5) Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluh – pembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
6) Bila demam, harus diturunkan sebelum diberi anestesi.
2. Operasi
1) Apendiktomi.
2) Apendiks dibuang, jika apendiks mengalami perforasi bebas,maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika.
3) Abses apendiks diobati dengan antibiotika IV,massanya mungkin mengecil,atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka waktu beberapa hari. Apendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 6 minggu sampai 3 bulan.
3. Pasca operasi
1) Observasi TTV
2) Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan
lambung dapat dicegah.
3) Baringkan pasien dalam posisi semi fowler.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan.
4) Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
5) Berikan minum mulai 15ml/jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
6) Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama 2×30 menit.
7) Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar.
8) Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang masih aktif yang ditandai dengan :
1) Keadaan umum klien masih terlihat sakit, suhu tubuh masih tinggi
2) Pemeriksaan lokal pada abdomen kuadran kanan bawah masih jelas terdapat tanda-tanda peritonitis
3) Laboratorium masih terdapat lekositosis dan pada hitung jenis terdapat pergeseran ke kiri.
Sebaiknya dilakukan tindakan pembedahan segera setelah klien dipersiapkan, karena dikuatirkan akan terjadi abses apendiks dan peritonitis umum. Persiapan dan pembedahan harus dilakukan sebaik-baiknya mengingat penyulit infeksi luka lebih tiggi daripada pembedahan pada apendisitis sederhana tanpa perforasi.
Pada keadaan massa apendiks dengan proses radang yang telah mereda ditandai dengan :
1) Umumnya klien berusia 5 tahun atau lebih.
2) Keadaan umum telah membaik dengan tidak terlihat sakit, suhu tubuh tidak tinggi lagi.
3) Pemeriksaan lokal abdomen tidak terdapat tanda-tanda peritonitis dan hanya teraba massa dengan jelas dan nyeri tekan ringan.
4) Laboratorium hitung lekosit dan hitung jenis normal.
Tindakan yang dilakukan sebaiknya konservatif dengan pemberian antibiotik dan istirahat di tempat tidur. Tindakan bedah apabila dilakukan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau tanpa peritonitis umum.
h. Manajemen Medik
Bila terjadi peritonitis umum terapi spesifik yang dilakukan adalah operasi untuk menutup asal perforasi. Sedangkan tindakan lain sebagai penunjang : tirah baring dalam posisi fowler medium, pemasangan NGT, puasa, koreksi cairan dan elektrolit, pemberian penenang, pemberian antibiotik berspektrum luas dilanjutkan dengan pemberian antibiotic yang sesuai dengan kultur, transfusi utnuk mengatasi anemia, dan penanganan syok septik secara intensif, bila ada.
Bila terbentuk abses apendiks akan teraba massa di kuadran kanan bawah yang cenderung menggelembung ke arah rektum atau vagina. Terapi dini dapat diberikan kombinasi antibiotic (misalnya ampisilin, gentamisin, metronidazol, atau klindamisin). Dengan sediaan ini abses akan segera menghilang, dan apendiktomi dapat dilakaukan 6-12 minggu kemudian. Pada abses yang tetap progresif harus segera dilakukan drainase.Abses daerah pelvis yang
menonjol ke arah rektum atau vagina dengan fruktuasi positif juga perlu dibuatkan drainase.
{ 0 komentar... Views All / Send Comment! }
Posting Komentar