Tentang Penyakit Bartholin

http://4.bp.blogspot.com/-TDSGihH2ehs/UvOyNJRqMoI/AAAAAAAAAAc/tVKH64_s2TM/s1600/2.gif
Bookmark and Share
Dokter, saya seorang Ibu, 27 tahun, memiliki seorang putri berusia 3 tahun. Di sekitar bibir vagina saya timbul benjolan yang sangat sakit sebesar telur puyuh dan bila meletus mengeluarkan nanah (timbul secara bergantian di bibir sebelah kiri dan kanan). Pada saat itu saya sedang hamil hingga saya hanya ke klinik kandungan. Dari diagnosa dokter saya terkena bartholin dan diberi obat amoxan non flamin serta ponstan tapi tak kunjung sembuh. Benjolan malah semakin keras/ tidak meletus seperti biasanya.

Menjelang melahirkan, timbul satu lagi benjolan di sebelah kiri sehingga saya harus dioperasi caesar karena jalan bayi terhalang kedua benjolan tersebut. Seminggu setelah operasi, dokter meng-insisi bibir vagina sebelah kiri karena telah penuh berisi nanah. Alhamdulillah benjolan di sebelah kiri tidak timbul lagi. Sedangkan benjolan sebelah kanan sudah mengeras dan tidak diinsisi. Dokter menyarankan agar saya berkonsultasi dengan spesialis kulit dan kelamin. Sayangnya saran dokter 3 tahun yang lalu belum juga terlaksana. Di samping kurang biaya, klinik spesialis tsb belum ada di daerah kami. Pertanyaan saya ;

  1.  Apakah penyakit bartholin itu? Apa penyebabnya? Apakah aborsi ala dukun dengan memasukkan batang jarak ke dalam vagina menimbulkan penyakit ini?
  2. Mungkinkah benjolan tersebut sudah menjadi kanker? Untuk dokter ketahui saat ini benjolan yg sudah mengeras itu sudah sebesar telur ayam kampung. Benjolan itu sudah tidak terasa sakit tapi di sekitar pantat dan kaki kanan terasa pegal.
  3. Apakah penyakit saya bisa sembuh dg mengkonsumsi obat saja? Obat apa itu? Apakah obat alternatif yg dokter ketahui?
  4. Di sekitar kemaluan saya juga kadang timbul bintik-bintik berair yg sangat gatal. Apa obatnya dok?
  5. Apakah benjolan tersebut harus dioperasi? Berbahayakah operasi tersebut? Apakah saya bisa benar-benar sembuh? kira-kira berapa biaya operasinya?
  6. Apakah tidak berbahaya melakukan hubungan intim? bolehkah saya hamil lagi?
Jawab:
  1. Penyakit bartholin adalah penyakit pada kelenjar bartholin yang terletak di bibir kemaluan dalam (labia minor). Fungsinya dalam kedaan normal menghasilkan cairan pelumas untuk vagina. Penyakit pada kelenjar bartholin bisa berupa infeksi (peradangan) maupun kista. Biasanya kista terbentuk setelah terjadi infeksi. Penyebab infeksi bartholin umumnya adalah bakteri tertentu. Aborsi oleh dukun dengan cara tidak steril bisa saja meularkan bakteri penyebab infeksi bartholin.
  2. Benjolan yang ibu derita insya Allah bukan kanker melainkan kista yang terjadi sebagai lanjutan dari infeksi yang tidak tuntas penyembuhannya. Kista adalah benjolan, dapat diibaratkan seperti balon yang berisi sel-sel mati, cairan, atau nanah dan darah. Rasa pegal di sekitar bokong dan kaki bisa terjadi karena benjolan kista tersebut menekan saraf.
  3. Kista mempunyai dinding, maka obat-obatan yang diminum maupun dioles sulit masuk. Sukar sembuh bilan hanya dengan obat.
  4. Perkiraan saya dari cerita ibu, mungkin penyakit jamur. Sebaiknya diperiksakan ke dokter. Sementara hindari basah dan lembab pada daerah kelamin.
  5. Kista bartholin sebaiknya dibuang dengan operasi. Insya Allah kalau yg melakukan dokter ahli tidak berbahaya dan bisa sembuh. Coba hubungi dokter spesialis kebidanan dan kandungan di rumah sakit umum pusat terdekat ( di tingkat kabupaten, biasanya selalu ada dokter spesialis ini). Kalau di rumah sakit umum biayanya insya Allah tidak terlalu mahal.
  6. Sebaiknya suami ibu juga diperiksa ke dokter spesialis kulit dan kelamin. Apakah ikut terkena bakteri tsb atau tidak. Kalau tidak ada bakterinya baru aman melakukan hubungan intim. Sementara belum berobat, sebaiknya memakai kondom bila berhubungan suami istri. Kalau di dalam kista masih ada bakteri yang masih hidup, kehamilan bisa membuat penyakit kambuh. Dan bakteri penyebab infeksi bartholin ini dapat menulari bayi di dalam kandungan. Paling parah bisa menyebabkan kebutaan pada mata. Lebih baik diobati dulu sampai sembuh baru ibu hamil lagi.

Sumber : Majalah Ummi No.9/XV Februari - Maret 2004/ 1424

    { 0 komentar... Views All / Send Comment! }

    Posting Komentar